|
Padang pasir Gunung Bromo |
Liburan akhir tahun ini, kami berencana untuk mengunjungi wisata Gunung Bromo. Dari cerita teman-teman saya tempat wisata tersebut punya pemandangan yang bagus. Tapi ada juga sebagian teman saya yang bilang biasa saja, karena hanya dapat melihat pasir di sana. Hmm,,, yang benar yang mana ya? bagus atau biasa saja?? Akhirnya saya mulai browsing-browsing di internet untuk mencari tahu kebenarannya. Dan hasil survey saya menyatakan bahwa, banyak orang yang kagum pada keindahan objek wisata di Gunung Bromo tersebut. Alhasil, saya dan teman-teman tertarik untuk datang ke sana. Kamipun segera mempersiapkan segalanya. Dari menyiapkan mobil, alat-alat masak, jaket, baju ganti dan segala peralatan yang dibutuhkan selama di sana. Untuk berhemat, kami pun memutuskan untuk memasak makanan sendiri di sana. Dengan perbekalan yang cukup, akhirnya pada hari Sabtu sore pukul 16.00 wib , kami berangkat menuju wisata tersebut. Kami berangkat lewat jalur Probolinggo. Sebenarnya ada tiga jalur yang bisa kita lewati untuk ke sana, yaitu lewat Turen Malang, bisa lewat Pasuruan juga. Tapi menurut supir kami, lebih baik lewat jalur Probolinggo. Karena mobil tidak bisa masuk jika lewat Turen karena jalan yang begitu terjal dan rusak. Sedangkan jika lewat Pasuruan pun, mobil kami tidak bisa sampai langsung di Bromo karena harus menyewa Jip di perbatasan.
|
Sambil menunggu matahari terbit,kami masak untuk sarapan |
Nah, jika lewat jalur Probolinggo, kami bisa langsung masuk ke wisata tersebut. Dan memarkirkan mobil kami di tempat parkir sekitar wisata Bromo. Jam menunjukkan pukul 02.00 Wib pagi, dan kamipun tiba di depan loket masuk wisata. Setibanya di loket kami segera membayar tiket masuk seharga Rp. 5.000/org. Untuk karcis parkir mobil di bandrol seharga Rp. 5.000,- juga. Karena kondisi saat itu gerimis dan masih gelap, kamipun bersantai dulu di mobil sambil menunggu situasi memungkinkan untuk mendaki ke Bromo. Sayangnya, setelah kami menunggu beberapa lama, gerimis tetap saja turun, dan udara semakin berkabut di sana. Akhirnya, daripada menunggu lebih lama lagi, kamipun segera bersiap untuk melakukan pendakian pada jam 03.00 wib dini hari.
|
Depan pura di gunung Bromo |
Dengan membawa perbekalan yang sudah kami bawa dan mengenakan jaket tebal, kamipun turun ke Bromo dengan berjalan kaki. Orang-orang di sana menyarankan untuk turun ke padang pasir menggunakan ojek saja, karena jaraknya lumayan jauh. Tapi kami memutuskan untuk berjalan kaki, karena arah jalannya menurun sehingga kami pikir tidak akan menyulitkan kami. Setelah kami berjalan beberapa saat, kamipun merasakan sedikit pegal-pegal. Ternyata jalan di atas padang pasir lumayan memebuat langkah kami terasa berat. Ditambah tidak adanya penerangan di sana yang menyebabkan kami agak kesulitan berjalan karena takut tersandung.
Akhirnya setelah beberapa lama kami berjalan, sampailah kami di tangga arah ke puncak Gunung Bromo. Tetapi karena keadaan di sana masih gelap dan tanpa penerangan, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dan memasak mie instan dulu. Sambil duduk santai di padang pasir, kami menunggu datangnya matahari pagi di sana. Ingin sekali melihat sunrise di sana. Tapi sayangnya, hari sedang mendung, sehingga kami tidak punya kesempatan untuk melihat sunrise. Hmm.. agak kecewa sih, tapi tak apalah yang penting kami bisa berada di sana.
Kami pun segera berkeliling padang pasir Bromo untuk menikmati pemandangan di sana. Kami juga naik di tangga menuju kawah. Namun sayang sekali,karena keadaan berkabut saat itu, kami pun kesulitan untuk melihat sekeliling. Jadi kami hanya duduk-duduk di atas. Setelah beberapa menit bersantai di atas, kami pun turun untuk melanjutkan perjalanan kami ke air terjun madakaripura.
Nah, karena kondisi kaki kami yang pegel-pegel, kami pun memutuskan untuk naik ojek menuju tempat aprkir di atas. Karena jalan menanjak, tidak memungkinkan kami untuk berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh. Tarif untuk 1 ojek lumayan pemirsa, hanya Rp.5.000/0rg. Tapi ada juga yang tarif nya Rp. 10.000/org, tergantung pintar-pintarnya kita menawar.
Apabila kalian lelah berjalan di padang pasir, kalian bisa menyewa kuda di sana seharga Rp. 25.000/org. Teman saya mencobanya... katanya menyenangkan. Tapi berhubung, saya niat ke sana ingin mendaki,jadi saya pun berjalan kaki dengan teman-teman yang lainnya.
Sekian perjalanan kami di Gunung Bromo. Selanjutnya saya akan bercerita tentang air terjun Madakaripura di postingan berikutnya. Salam Semangat.. :)